Mitos - mitos lainnya :
* Autisme adalah akibat salah asuhan orang tua
* Anak autis adalah anak yang tidak disiplin dan tidak dapat diatur dan ini hanyalah kelainan perilaku.
* Kebanyakan orang autis berpendidikan dan ahli terkemuka dalam bidang ilmu pengetahuan dan bidang lainnya seperti digambarkan dengan sangat bagus dalam film 'Rain Man' yang diperankan oleh Dustin Hoffman.
* Anak autis adalah anak anak tanpa perasaan dan emosi
* Anak autis tidak menyukai daya tarik fisik
* Anak autis tidak tersenyum
* Anak Autis tidak menginginkan teman
* Anak autis dapat berbicara jika mereka mau
* Autisme adalah ketidak mampuan emosional
Jumat, 16 April 2010
Mitos Anak Autisme
Mitos-1 : Anak dengan kelainan autisme tidak pernah memandang mata lawan bicara-nya.
Banyak anak penyandang autisme ternyata dapat melakukan kontak mata tapi kontak mata tersebut mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dan sedikit berbeda dengan anak anak yang normal. Banyak diantaranya dapat bertatap muka, tersenyum dan meng-ekspresikan komunikasi non-verbal (bahasa tubuh) dengan baik.
Mitos-2 : Anak dengan kelainan autisme adalah anak jenius
Mitos yang menyatakan didalam anak penyandang autis tersembunyi kemampuan jenius mungkin dapat terjadi karena berbedanya kemampuan yang di-tunjukkan oleh anak penyandang autisme. Mereka dapat menunjukkan kemampuan fisik yang baik tetapi tidak dapat berbicara. Seorang anak autis dapat mengingat tanggal ulang tahun dari semua teman sekelasnya akan tetapi mengalami kesulitan kapan harus menggunakan kata 'kamu' atau 'saya'. Anak autis dapat membaca dengan artikulasi yang baik tetapi tidak dapat mengerti apa yang baru mereka baca. Anak autis dapat mempunyai IQ yang sangat tinggi. Sebagian besar anak autis menunjukkan keterlambatan dalam beberapa hal yang menggunakan ataupun memerlukan proses mental. Persentasi anak autis yang mempunyai intelegensi diatas normal ataupun dibawah normal adalah sangat kecil.
Mitos-3 : Anak dengan kelainan autisme tidak berbicara
Banyak anak penyandang autis dapat mempunyai kemampuan berbahasa dengan baik. Sebagian besar dari mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan simbol, gambar, komputer ataupun peralatan elektronik.
Mitos-4 : Anak dengan kelainan autisme tidak dapat menunjukkan kasih sayang
Barangkali mitos yang paling berlebihan adalah menganggap anak penyandang autisme tidak dapat menerima ataupun memberikan kasih sayang. Kita mengetahui bahwa stimulasi sensor anak autis diproses dengan cara yang berbeda dengan anak normal sehingga mengakibatkan anak autis mengalami kesulitan dalam meng-ekspresikan kasih sayang dengan cara yang lazim dilakukan oleh anak normal. Anak autis dapat memberikan dan menerima kasih sayang dengan cara mereka sendiri, kadangkala anggota keluarga ataupun teman mereka harus sabar menunggu dan belajar untuk dapat mengerti dan menghargai kemampuan anak autis yang terbatas dalam berhubungan dengan orang lain.
Banyak anak penyandang autisme ternyata dapat melakukan kontak mata tapi kontak mata tersebut mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dan sedikit berbeda dengan anak anak yang normal. Banyak diantaranya dapat bertatap muka, tersenyum dan meng-ekspresikan komunikasi non-verbal (bahasa tubuh) dengan baik.
Mitos-2 : Anak dengan kelainan autisme adalah anak jenius
Mitos yang menyatakan didalam anak penyandang autis tersembunyi kemampuan jenius mungkin dapat terjadi karena berbedanya kemampuan yang di-tunjukkan oleh anak penyandang autisme. Mereka dapat menunjukkan kemampuan fisik yang baik tetapi tidak dapat berbicara. Seorang anak autis dapat mengingat tanggal ulang tahun dari semua teman sekelasnya akan tetapi mengalami kesulitan kapan harus menggunakan kata 'kamu' atau 'saya'. Anak autis dapat membaca dengan artikulasi yang baik tetapi tidak dapat mengerti apa yang baru mereka baca. Anak autis dapat mempunyai IQ yang sangat tinggi. Sebagian besar anak autis menunjukkan keterlambatan dalam beberapa hal yang menggunakan ataupun memerlukan proses mental. Persentasi anak autis yang mempunyai intelegensi diatas normal ataupun dibawah normal adalah sangat kecil.
Mitos-3 : Anak dengan kelainan autisme tidak berbicara
Banyak anak penyandang autis dapat mempunyai kemampuan berbahasa dengan baik. Sebagian besar dari mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan simbol, gambar, komputer ataupun peralatan elektronik.
Mitos-4 : Anak dengan kelainan autisme tidak dapat menunjukkan kasih sayang
Barangkali mitos yang paling berlebihan adalah menganggap anak penyandang autisme tidak dapat menerima ataupun memberikan kasih sayang. Kita mengetahui bahwa stimulasi sensor anak autis diproses dengan cara yang berbeda dengan anak normal sehingga mengakibatkan anak autis mengalami kesulitan dalam meng-ekspresikan kasih sayang dengan cara yang lazim dilakukan oleh anak normal. Anak autis dapat memberikan dan menerima kasih sayang dengan cara mereka sendiri, kadangkala anggota keluarga ataupun teman mereka harus sabar menunggu dan belajar untuk dapat mengerti dan menghargai kemampuan anak autis yang terbatas dalam berhubungan dengan orang lain.
Efek Samping Obat ADHD 2
- Ritalin Side Effects
Kegugupan dan insomnia adalah efek samping yang paling umum tapi biasanya dikendalikan dengan mengurangi dosis dan menghilangkan obat di sore atau malam hari.
Reaksi lainnya termasuk hipersensitivitas (termasuk ruam kulit, urtikaria , demam, arthralgia , dermatitis exfoliative, erythema multiforme dengan temuan histopatologi nekrosis vaskulitis, dan purpura trombositopenik); anoreksia, mual, pusing, palpitasi, sakit kepala, tardive; kantuk; tekanan darah dan denyut nadi perubahan, baik atas dan bawah; takikardia, angina, aritmia jantung, nyeri perut, penurunan berat badan selama terapi yang berkepanjangan.
Reaksi alergi: ruam kulit, gatal-gatal, obat sakit sendi demam mungkin. Sakit kepala, pusing cepat dan kuat hati gigil-jarang.
- Strattera Side Effects
Sakit perut, penurunan nafsu makan, mual atau muntah, pusing, kelelahan, penurunan nafsu makan, beberapa penurunan berat badan, dan perubahan suasana hati adalah efek samping yang paling umum.
Dalam kasus yang jarang terjadi, Strattera dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti pembengkakan atau gatal-gatal, yang dapat serius. Anak Anda harus berhenti mengambil Strattera. Panggil dokter atau profesional kesehatan jika anak Anda mengembangkan gejala-gejala tersebut.
Kegugupan dan insomnia adalah efek samping yang paling umum tapi biasanya dikendalikan dengan mengurangi dosis dan menghilangkan obat di sore atau malam hari.
Reaksi lainnya termasuk hipersensitivitas (termasuk ruam kulit, urtikaria , demam, arthralgia , dermatitis exfoliative, erythema multiforme dengan temuan histopatologi nekrosis vaskulitis, dan purpura trombositopenik); anoreksia, mual, pusing, palpitasi, sakit kepala, tardive; kantuk; tekanan darah dan denyut nadi perubahan, baik atas dan bawah; takikardia, angina, aritmia jantung, nyeri perut, penurunan berat badan selama terapi yang berkepanjangan.
Reaksi alergi: ruam kulit, gatal-gatal, obat sakit sendi demam mungkin. Sakit kepala, pusing cepat dan kuat hati gigil-jarang.
- Strattera Side Effects
Sakit perut, penurunan nafsu makan, mual atau muntah, pusing, kelelahan, penurunan nafsu makan, beberapa penurunan berat badan, dan perubahan suasana hati adalah efek samping yang paling umum.
Dalam kasus yang jarang terjadi, Strattera dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti pembengkakan atau gatal-gatal, yang dapat serius. Anak Anda harus berhenti mengambil Strattera. Panggil dokter atau profesional kesehatan jika anak Anda mengembangkan gejala-gejala tersebut.
Efek Samping Obat ADHD 1
- Adderall Side Effects
Efek samping yang paling umum adalah gelisah atau gemetar, kegelisahan atau nervousness, sakit kepala atau pusing, insomnia; kekeringan mulut atau rasa tidak enak di mulut, diare atau sembelit, atau mpotence atau perubahan dorongan seksual.
- Konser Side Effects
Dalam studi klinis dengan pasien menggunakan Konser ®, efek samping yang paling umum adalah sakit kepala, sakit perut, sulit tidur, dan penurunan nafsu makan. efek samping lain terlihat dengan methylphenidate, bahan aktif dalam Konser ®, termasuk mual, muntah, pusing, gugup, tics, reaksi alergi, meningkatkan tekanan darah dan psikosis (berpikir abnormal atau halusinasi).
Efek samping yang paling umum adalah gelisah atau gemetar, kegelisahan atau nervousness, sakit kepala atau pusing, insomnia; kekeringan mulut atau rasa tidak enak di mulut, diare atau sembelit, atau mpotence atau perubahan dorongan seksual.
- Konser Side Effects
Dalam studi klinis dengan pasien menggunakan Konser ®, efek samping yang paling umum adalah sakit kepala, sakit perut, sulit tidur, dan penurunan nafsu makan. efek samping lain terlihat dengan methylphenidate, bahan aktif dalam Konser ®, termasuk mual, muntah, pusing, gugup, tics, reaksi alergi, meningkatkan tekanan darah dan psikosis (berpikir abnormal atau halusinasi).
Gejala ADHD Dewasa
- Kekurangan perhatian: di mana orang sering gagal untuk memberikan perhatian dekat dengan rincian atau membuat kesalahan ceroboh, sering mengalami kesulitan mempertahankan perhatian dalam tugas-tugas, sering tampaknya tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung, atau sering tidak menindaklanjuti instruksi.
- Tugas: Apabila orang sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan kegiatan, sering menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental terus menerus, sering kehilangan hal-hal yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan, sering dengan mudah akan terganggu oleh rangsangan yang asing, atau sering pelupa dalam kegiatan sehari-hari.
-Hiperaktivitas: Apabila orang sering gelisah dengan tangan atau kaki atau menggeliat di kursi, sering merasa gelisah, sering mengalami kesulitan terlibat dalam kegiatan luang dengan tenang, atau sering berbicara berlebihan.
Impulsif: Apabila orang sering blurts keluar jawaban sebelum pertanyaan telah selesai, atau sering potong atau terasa menganggu pada orang lain.
- Tugas: Apabila orang sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan kegiatan, sering menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental terus menerus, sering kehilangan hal-hal yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan, sering dengan mudah akan terganggu oleh rangsangan yang asing, atau sering pelupa dalam kegiatan sehari-hari.
-Hiperaktivitas: Apabila orang sering gelisah dengan tangan atau kaki atau menggeliat di kursi, sering merasa gelisah, sering mengalami kesulitan terlibat dalam kegiatan luang dengan tenang, atau sering berbicara berlebihan.
Impulsif: Apabila orang sering blurts keluar jawaban sebelum pertanyaan telah selesai, atau sering potong atau terasa menganggu pada orang lain.
Pencegahan Down Syndrome
Para ibu dianjurkan untuk tidak hamil setelah usia 35 tahun. Memang ini merupakan suatu problem tersendiri dengan majunya zaman yang wanita cenderung mengutamakan karier sehingga menunda perkawinan dan atau kehamilan. Sangatlah bijaksana bila informasi ini disampaikan bersama-sama oleh petugas keluarga berencana.
Berkonsultasilah ke dokter bila seorang pernah mengalami keguguran atau melahirkan anak yang cacat karena mungkin wanita tersebut memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan tertentu untuk mencari penyebabnya. Bila sudah terjadi kehamilan pencegahan bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah dan atau kromosom dari cairan ketuban atau ari-ari seperti telah disebutkan.
Berkonsultasilah ke dokter bila seorang pernah mengalami keguguran atau melahirkan anak yang cacat karena mungkin wanita tersebut memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan tertentu untuk mencari penyebabnya. Bila sudah terjadi kehamilan pencegahan bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah dan atau kromosom dari cairan ketuban atau ari-ari seperti telah disebutkan.
Pengobatan Untuk Down Syndrome
Cara medik tidak ada pengobatan pada penderita ini karena cacatnya pada sel benih yang dibawa dari dalam kandungan. Pada saat bayi baru lahir, bila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa.
Bahkan, beberapa peneliti mengatakan, dengan latihan bisa menaikkan IQ sampai 90. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa anak-anak penderita Sindrom Down yang diberi latihan dini akan meningkat intelegensianya 20% lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat mereka mulai mengikuti sekolah formal. Latihan ini harus dilestarikan, walaupun anak sudah dewasa. Bila bayi itu beranjak besar, maka perlu pemeriksaan IQ untuk menentukan jenis latihan/sekolah yang dipilih. Pemeriksaan lain yang mungkin dibutuhkan adalah pemeriksaan jantung karena pada penderita ini sering mengalami kelainan jantung.
Di negara-negara maju pemeriksaan kromosom dapat dilakukan sebelum bayi lahir. Bila seorang ibu dicurigai akan melahirkan bayi dengan Sindrom Down dilakukan pengambilan cairan ketuban atau sedikit bagian dari ari-ari (plasenta) untuk diperiksa kromosomnya. Ada juga pemeriksaan pada ibu hamil yang tidak dengan tindakan, yaitu hanya pemeriksaan ultrasonografi (USG), serum darah tertentu, dan hormon saja telah bisa menduga adanya bayi Sindrom Down dalam kandungan. Sayangnya, pemeriksaan-pemeriksaan ini masih cukup mahal untuk ukuran Indonesia.
Tujuan pemeriksaan dalam kandungan adalah bila ternyata calon bayi tersebut akan menderita penyakit ini, biasanya disepakati bersama untuk diakhiri kehamilannya. Pengguguran kandungan karena penyakit genetik di Indonesia masih merupakan perdebatan karena belum diatur pelaksanaannya oleh undang-undang kesehatan, apalagi dianggap berlawanan dari norma-norma agama.
Bahkan, beberapa peneliti mengatakan, dengan latihan bisa menaikkan IQ sampai 90. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa anak-anak penderita Sindrom Down yang diberi latihan dini akan meningkat intelegensianya 20% lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat mereka mulai mengikuti sekolah formal. Latihan ini harus dilestarikan, walaupun anak sudah dewasa. Bila bayi itu beranjak besar, maka perlu pemeriksaan IQ untuk menentukan jenis latihan/sekolah yang dipilih. Pemeriksaan lain yang mungkin dibutuhkan adalah pemeriksaan jantung karena pada penderita ini sering mengalami kelainan jantung.
Di negara-negara maju pemeriksaan kromosom dapat dilakukan sebelum bayi lahir. Bila seorang ibu dicurigai akan melahirkan bayi dengan Sindrom Down dilakukan pengambilan cairan ketuban atau sedikit bagian dari ari-ari (plasenta) untuk diperiksa kromosomnya. Ada juga pemeriksaan pada ibu hamil yang tidak dengan tindakan, yaitu hanya pemeriksaan ultrasonografi (USG), serum darah tertentu, dan hormon saja telah bisa menduga adanya bayi Sindrom Down dalam kandungan. Sayangnya, pemeriksaan-pemeriksaan ini masih cukup mahal untuk ukuran Indonesia.
Tujuan pemeriksaan dalam kandungan adalah bila ternyata calon bayi tersebut akan menderita penyakit ini, biasanya disepakati bersama untuk diakhiri kehamilannya. Pengguguran kandungan karena penyakit genetik di Indonesia masih merupakan perdebatan karena belum diatur pelaksanaannya oleh undang-undang kesehatan, apalagi dianggap berlawanan dari norma-norma agama.
Faktor Resiko Pada Down Syndrome
Sindrom Down banyak dilahirkan oleh ibu berumur tua, ibu-ibu di atas 35 tahun harus waspada akan kemungkinan ini. Angka kejadian Sindrom Down meningkat jelas pada wanita yang melahirkan anak setelah berusia 35 tahun ke atas. Sel telur wanita telah dibentuk pada saat wanita tersebut masih dalam kandungan yang akan dimatangkan satu per satu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik. Karena itu, pada saat wanita menjadi tua, kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini mengalami pembelahan yang kurang sempurna.
Gejala Klinis Down Syndrome
Secara garis besar penderita ini dengan mudah bisa dilihat, yaitu wajah yang khas dengan mata sipit yang membujur ke atas, jarak kedua mata yang berjauhan dengan jembatan hidung yang rata, hidung yang kecil, mulut kecil dengan lidah yang besar sehingga cenderung dijulurkan dan telinga letak rendah.
Tangan dengan telapak yang pendek dan biasanya mempunyai rajah telapak tangan yang melintang lurus (horizontal/tidak membentuk huruf M), jari pendek-pendek, biasanya jari ke-5 sangat pendek, hanya mempunyai 2 ruas dan cenderung melengkung. Tubuh pendek dan cenderung gemuk.
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah retardasi mental atau keterbelakangan mental (disebut juga tunagrahita), dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-kadang IQ bisa sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan.
Pada bayi baru lahir, dokter akan menduga adanya Sindrom Down karena gambaran wajah yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, biasanya otot-ototnya sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan gerak bayi. Pada saat masih bayi tersebut sulit bagi seorang dokter untuk menentukan diagnosisnya, apalagi kalau orang tuanya juga mempunyai mata yang sipit atau kecil. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan kromosom dari sel darah putih.
Tangan dengan telapak yang pendek dan biasanya mempunyai rajah telapak tangan yang melintang lurus (horizontal/tidak membentuk huruf M), jari pendek-pendek, biasanya jari ke-5 sangat pendek, hanya mempunyai 2 ruas dan cenderung melengkung. Tubuh pendek dan cenderung gemuk.
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah retardasi mental atau keterbelakangan mental (disebut juga tunagrahita), dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-kadang IQ bisa sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan.
Pada bayi baru lahir, dokter akan menduga adanya Sindrom Down karena gambaran wajah yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, biasanya otot-ototnya sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan gerak bayi. Pada saat masih bayi tersebut sulit bagi seorang dokter untuk menentukan diagnosisnya, apalagi kalau orang tuanya juga mempunyai mata yang sipit atau kecil. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan kromosom dari sel darah putih.
Penyebab Down Syndrome
Down Syndrome termasuk golongan penyakit genetik karena cacatnya terdapat pada bahan keturunan/materi genetik, tetapi penyakit ini bukan penyakit keturunan (diwariskan). Tubuh manusia terdiri atas sel-sel, di dalam sel terdapat inti, di dalam inti terdapat kromosom yang pada orang normal jumlahnya 46. Jumlah tersebut terdiri atas kromosom 1 sampai dengan 22 masing-masing sepasang (jumlah menjadi 44) ditambah 2 kromosom penanda kelamin yaitu sepasang kromosom X pada wanita dan kromosom X dan Y pada laki-laki.
Pada penderita Sindrom Down jumlah kromosom 21 tidak sepasang, tetapi 3 buah sehingga jumlah total kromosom menjadi 47 karena itu nama lain penyakit ini adalah trisomi 21. Kromosom anak berasal dari bapak dan ibunya masing-masing separo dari jumlah kromosom seluruhnya. Penderita ini diduga mendapat jumlah kromosom 23 dari bapak dan 24 dari ibu, karena adanya pembelahan sel telur ibu yang tidak sempurna.
Penyebab timbulnya kelebihan kromosom 21 bisa pula karena bawaan lahir dari ibu atau bapak yang mempunyai dua buah kromosom 21, tetapi terletak tidak pada tempat yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom 21 tersebut menempel pada kromosom lain sehingga pada waktu pembelahan sel kromosom 21 tersebut tidak membelah dengan sempurna.
Bapak atau ibu yang mempunyai kromosom seperti ini akan selalu normal tetapi 50% dari anaknya atau bahkan dapat mencapai 100% akan menderita Sindrom Down tergantung pada bentuk kelainan tempat dari kromosom tersebut. Jumlah penderita Sindrom Down bentuk ini hanya 4% dari semua kasus yang muncul dan biasanya tidak berhubungan dengan usia ibu. Angka kejadian Sindrom Down rata-rata di seluruh dunia adalah 1 pada setiap 700 kelahiran. Kejadian ini akan tambah tinggi dengan tambah tuanya usia ibu hamil. Biasanya calon-calon bayi Sindrom Down 60% cenderung akan gugur (abortus spontan) dan 20% akan lahir mati.
Pada penderita Sindrom Down jumlah kromosom 21 tidak sepasang, tetapi 3 buah sehingga jumlah total kromosom menjadi 47 karena itu nama lain penyakit ini adalah trisomi 21. Kromosom anak berasal dari bapak dan ibunya masing-masing separo dari jumlah kromosom seluruhnya. Penderita ini diduga mendapat jumlah kromosom 23 dari bapak dan 24 dari ibu, karena adanya pembelahan sel telur ibu yang tidak sempurna.
Penyebab timbulnya kelebihan kromosom 21 bisa pula karena bawaan lahir dari ibu atau bapak yang mempunyai dua buah kromosom 21, tetapi terletak tidak pada tempat yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom 21 tersebut menempel pada kromosom lain sehingga pada waktu pembelahan sel kromosom 21 tersebut tidak membelah dengan sempurna.
Bapak atau ibu yang mempunyai kromosom seperti ini akan selalu normal tetapi 50% dari anaknya atau bahkan dapat mencapai 100% akan menderita Sindrom Down tergantung pada bentuk kelainan tempat dari kromosom tersebut. Jumlah penderita Sindrom Down bentuk ini hanya 4% dari semua kasus yang muncul dan biasanya tidak berhubungan dengan usia ibu. Angka kejadian Sindrom Down rata-rata di seluruh dunia adalah 1 pada setiap 700 kelahiran. Kejadian ini akan tambah tinggi dengan tambah tuanya usia ibu hamil. Biasanya calon-calon bayi Sindrom Down 60% cenderung akan gugur (abortus spontan) dan 20% akan lahir mati.
Terapi Baru Penyebab Down Syndrome
Kromosom manusia ada 22 pasang. Pada mereka yang terkena down syndrome, kromosom yang ke-21 ada tambahan kromosom atau perpindahan
kromosom dari tempat lain sehingga menjadi kromosom 21 plus yang
kita kenal trisomi 21.
Akibat adanya penambahan kromosom, akan terjadi gangguan pada anak. Biasanya gangguan itu pada saraf, tulang, kulit, jantung, dan fungsi pencernaan.
Pasien down syndrome ini mempunyai wajah yang khas, misalnya karena ada gangguan pada pertumbuhan tulang, maka tulang dahinya lebih datar, jembatan mata lebih datar, mata kiri dan mata kanan agak berjauhan, posisi daun telinganya lebih rendah. Yang jelas, wajahnya sangat spesifik mongolism dan mengalami retardasi mental.
Para peneliti dari Amerika Serikat baru-baru ini mengungkapkan teori terbaru penyebab down syndrome. Disebutkan bahwa hilangnya protein di otak dalam jumlah sedikit, bukan banyak seperti yang selama ini diduga, menjelaskan mengapa terjadi down syndrome.
Para peneliti menemukan, baik pada manusia dan mencit yang menderita down syndrome, memiliki kadar protein spesifik di otak lebih sedikit dibandingkan orang yang normal. Pada uji coba pemberian obat pada mencit, ternyata berhasil mengembalikan kadar protein menjadi normal kembali.
"Kini kita sampai pada paradigma baru bahwa kita seharusnya melihat jumlah protein yang berkurang dan bukannya yang berlebihan pada otak penderita down syndrome. Ini adalah peluang untuk mengembangkan terapi target pengobatan down syndrome," kata peneliti senior Terry Elton, profesor farmakologi dari Ohio State University, AS.
Prevalensi down syndrome kira-kira 1 berbanding 700 kelahiran. Di dunia, lebih kurang ada 8 juta anak down syndrome. Di Indonesia, dari hasil survei terbaru, sudah mencapai lebih dari 300.000 orang.
kromosom dari tempat lain sehingga menjadi kromosom 21 plus yang
kita kenal trisomi 21.
Akibat adanya penambahan kromosom, akan terjadi gangguan pada anak. Biasanya gangguan itu pada saraf, tulang, kulit, jantung, dan fungsi pencernaan.
Pasien down syndrome ini mempunyai wajah yang khas, misalnya karena ada gangguan pada pertumbuhan tulang, maka tulang dahinya lebih datar, jembatan mata lebih datar, mata kiri dan mata kanan agak berjauhan, posisi daun telinganya lebih rendah. Yang jelas, wajahnya sangat spesifik mongolism dan mengalami retardasi mental.
Para peneliti dari Amerika Serikat baru-baru ini mengungkapkan teori terbaru penyebab down syndrome. Disebutkan bahwa hilangnya protein di otak dalam jumlah sedikit, bukan banyak seperti yang selama ini diduga, menjelaskan mengapa terjadi down syndrome.
Para peneliti menemukan, baik pada manusia dan mencit yang menderita down syndrome, memiliki kadar protein spesifik di otak lebih sedikit dibandingkan orang yang normal. Pada uji coba pemberian obat pada mencit, ternyata berhasil mengembalikan kadar protein menjadi normal kembali.
"Kini kita sampai pada paradigma baru bahwa kita seharusnya melihat jumlah protein yang berkurang dan bukannya yang berlebihan pada otak penderita down syndrome. Ini adalah peluang untuk mengembangkan terapi target pengobatan down syndrome," kata peneliti senior Terry Elton, profesor farmakologi dari Ohio State University, AS.
Prevalensi down syndrome kira-kira 1 berbanding 700 kelahiran. Di dunia, lebih kurang ada 8 juta anak down syndrome. Di Indonesia, dari hasil survei terbaru, sudah mencapai lebih dari 300.000 orang.
10 Jenis Terapi Autisme
Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.
Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Makanan Bagi Anak Autisme 2
Apakah Gandum, Susu Hewan, & Gula Berbahaya untuk Anak Autisme?
Dari berbagai jenis makanan yang perlu diwaspadai bagi anak autisme, makanan yang mengandung Gluten (seperti: gandum) dan Casein (seperti: susu hewan) menempati tingkat pertama. Mengapa demikian? Ada 3 jenis reaksi buruk yang ditimbulkan dari jenis makanan tersebut, yaitu :
Reaksi Alergi
diketahui setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium (tes alergi) melalui darah yang menunjukkan adanya reaksi IgG atau IgM terhadap gluten dan casein. Reaksi alergi ini dapat termanifestasi dalam segala hal, di antaranya perilaku hiperaktif dan agresif.
Reaksi Intoleran
Anak autisme yang intoleran terhadap gluten dan casein akan menunjukkan reaksi yang sangat mirip dengan reaksi alergi, seperti; sakit kepala, sakit perut, muntah, mengompol, sensitif terhadap suara tertentu, depresi, sakit otot, kejang, dll. Anak yang mengalami reaksi intoleran/sensitif terhadap makanan dapat ditandai dengan berupa bengkak, lingkar mata berwarna gelap, pipi dan telinga kemerahan, keringat berlebihan, dan lain-lain.
Reaksi Opioid
Merupakan reaksi yang paling merusak. Reaksi ini terjadi pada anak yang mengalami bocor usus/leaky gut. Sebanyak 50% anak autisme mengalami leaky gut yang disebabkan oleh kondisi flora perut yang tidak seimbang, di mana bakteri baik terdesak oleh bakteri buruk yang berbahaya dan bersifat patogen. Akibatnya, jamur dalam perut anak autisme berkembang sangat pesat, apalagi bila anak banyak mengkonsumsi gula, maka perkembangan jamur perut lebih cepat 200 kali lipat.
Gluten dan Casein yang tidak tercerna akan berubah menjadi asam amino tunggal yang terbawa masuk ke dalam aliran darah dalam bentuk pecahan protein yang tidak sempurna (peptida) melalui lubang-lubang yang terbentuk dalam usus. Apabila peptida tersebut masuk melalui aliran darah ke bagian otak dan kemudian ditangkap oleh reseptor opioid otak menjadi hal yang membahayakan. Reseptor opioid adalah bagian reseptor otak yang akan bereaksi ketika seseorang mengkonsumsi obat-obatan yang bersifat opioid seperti morphin dan heroin. Peptida dari gluten dan casein yang telah berubah bentuk menjadi gluteomorphin dan caseomorphin pun memiliki kemampuan yang bersifat opioid.
Seperti reaksi dari narkoba, gluten dan casein yang telah berubah bentuk akan menjadi sifat mencandu yang akan mempengaruhi kinerja otak, perilaku, emosi, ambang batas rasa sakit, dan sensitivitas suara. Jika reaksi opioid ini tidak segara dihentikan, akan mengganggu perkembangan saraf otak dan secara spesifik akan mempengaruhi kemampuan bicara dan pendengaran.
Dari berbagai jenis makanan yang perlu diwaspadai bagi anak autisme, makanan yang mengandung Gluten (seperti: gandum) dan Casein (seperti: susu hewan) menempati tingkat pertama. Mengapa demikian? Ada 3 jenis reaksi buruk yang ditimbulkan dari jenis makanan tersebut, yaitu :
Reaksi Alergi
diketahui setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium (tes alergi) melalui darah yang menunjukkan adanya reaksi IgG atau IgM terhadap gluten dan casein. Reaksi alergi ini dapat termanifestasi dalam segala hal, di antaranya perilaku hiperaktif dan agresif.
Reaksi Intoleran
Anak autisme yang intoleran terhadap gluten dan casein akan menunjukkan reaksi yang sangat mirip dengan reaksi alergi, seperti; sakit kepala, sakit perut, muntah, mengompol, sensitif terhadap suara tertentu, depresi, sakit otot, kejang, dll. Anak yang mengalami reaksi intoleran/sensitif terhadap makanan dapat ditandai dengan berupa bengkak, lingkar mata berwarna gelap, pipi dan telinga kemerahan, keringat berlebihan, dan lain-lain.
Reaksi Opioid
Merupakan reaksi yang paling merusak. Reaksi ini terjadi pada anak yang mengalami bocor usus/leaky gut. Sebanyak 50% anak autisme mengalami leaky gut yang disebabkan oleh kondisi flora perut yang tidak seimbang, di mana bakteri baik terdesak oleh bakteri buruk yang berbahaya dan bersifat patogen. Akibatnya, jamur dalam perut anak autisme berkembang sangat pesat, apalagi bila anak banyak mengkonsumsi gula, maka perkembangan jamur perut lebih cepat 200 kali lipat.
Gluten dan Casein yang tidak tercerna akan berubah menjadi asam amino tunggal yang terbawa masuk ke dalam aliran darah dalam bentuk pecahan protein yang tidak sempurna (peptida) melalui lubang-lubang yang terbentuk dalam usus. Apabila peptida tersebut masuk melalui aliran darah ke bagian otak dan kemudian ditangkap oleh reseptor opioid otak menjadi hal yang membahayakan. Reseptor opioid adalah bagian reseptor otak yang akan bereaksi ketika seseorang mengkonsumsi obat-obatan yang bersifat opioid seperti morphin dan heroin. Peptida dari gluten dan casein yang telah berubah bentuk menjadi gluteomorphin dan caseomorphin pun memiliki kemampuan yang bersifat opioid.
Seperti reaksi dari narkoba, gluten dan casein yang telah berubah bentuk akan menjadi sifat mencandu yang akan mempengaruhi kinerja otak, perilaku, emosi, ambang batas rasa sakit, dan sensitivitas suara. Jika reaksi opioid ini tidak segara dihentikan, akan mengganggu perkembangan saraf otak dan secara spesifik akan mempengaruhi kemampuan bicara dan pendengaran.
Makanan Bagi Anak Autisme 1
Di antara berbagai pemicu autisme dan hiperaktif, makanan merupakan salah satunya. Penerapan diet harus benar-benar diperhatikan, yaitu dengan menghindari makanan/bahan makanan seperti di bawah ini.
Semua jenis gula, kecuali gula pengganti.
Bahan makanan yang mengandung gluten, seperti : gandum, tepung terigu, havermut, serta produk olahannya seperti :
- Kecap, pada kebanyakan merk yang beredar di pasaran.
- Roti, biskuit, cake, donat, kue-kue yang terbuat dari tepung terigu, mie, dan spagheti.
- Snack dan sejenisnya pada kebanyakan jajanan yang menggunakan pengawet, pewarna dan penyedap yang menggunakan MSG.
Bahan makanan yang mengandung kasein, biasanya terdapat pada susu hewan seperti susu sapi dan susu kambing, serta produk olahan yang mengandung kasein seperti; keju, yoghurt, es krim, biskuit, margarin, dll.
Makanan yang mengandung penyedap rasa/MSG, biasanya ditulis dengan istilah seasoning/bumbu lain.
Saos, permen, minuman kemasan, dan softdrink yang mengandung pemanis dan pewarna buatan.
Makanan yang diawetkan seperti makanan kalengan, sosis, mie, bakso yang mengandung boraks atau formalin, dan lain-lain.
Fast food atau junkfood dan seafood/makanan laut yang tercemar.
Buah-buahan tertentu seperti : lengkeng, pisang, tomat, apel, anggur, jeruk, almond, cherry, prune, peach, strawberry, melon, nangka, durian, semangka, kurma, dan semua buah-buahan yang terlalu manis.
Bumbu masakan tertentu seperti; ketumbar, merica, jahe, cengkeh.
Jenis air tertentu seperti; air ledeng, air sumur, dan lain-lain. Tetap dianjurkan untuk mengkonsumsi air mineral.
Tepung maizena, jagung, minyak kelapa/sawit, gelatin, mayones, mustard, cuka (kecuali cuka beras putih dan cuka beras hitam).
Keripik kentang, rempeyek, telur asin, ikan asin, ebi, abon sapi, kornet, dendeng, ham, daging kambing.
Semua jenis kerupuk yang terbuat dari tepung terigu, mengandung MSG, boraks, dan formalin.
Semua jenis makanan yang mengandung pengawet (formalin, boraks) dan pewarna yang bukan untuk makanan atau zat kimia yang mengganggu kesehatan.
Semua jenis gula, kecuali gula pengganti.
Bahan makanan yang mengandung gluten, seperti : gandum, tepung terigu, havermut, serta produk olahannya seperti :
- Kecap, pada kebanyakan merk yang beredar di pasaran.
- Roti, biskuit, cake, donat, kue-kue yang terbuat dari tepung terigu, mie, dan spagheti.
- Snack dan sejenisnya pada kebanyakan jajanan yang menggunakan pengawet, pewarna dan penyedap yang menggunakan MSG.
Bahan makanan yang mengandung kasein, biasanya terdapat pada susu hewan seperti susu sapi dan susu kambing, serta produk olahan yang mengandung kasein seperti; keju, yoghurt, es krim, biskuit, margarin, dll.
Makanan yang mengandung penyedap rasa/MSG, biasanya ditulis dengan istilah seasoning/bumbu lain.
Saos, permen, minuman kemasan, dan softdrink yang mengandung pemanis dan pewarna buatan.
Makanan yang diawetkan seperti makanan kalengan, sosis, mie, bakso yang mengandung boraks atau formalin, dan lain-lain.
Fast food atau junkfood dan seafood/makanan laut yang tercemar.
Buah-buahan tertentu seperti : lengkeng, pisang, tomat, apel, anggur, jeruk, almond, cherry, prune, peach, strawberry, melon, nangka, durian, semangka, kurma, dan semua buah-buahan yang terlalu manis.
Bumbu masakan tertentu seperti; ketumbar, merica, jahe, cengkeh.
Jenis air tertentu seperti; air ledeng, air sumur, dan lain-lain. Tetap dianjurkan untuk mengkonsumsi air mineral.
Tepung maizena, jagung, minyak kelapa/sawit, gelatin, mayones, mustard, cuka (kecuali cuka beras putih dan cuka beras hitam).
Keripik kentang, rempeyek, telur asin, ikan asin, ebi, abon sapi, kornet, dendeng, ham, daging kambing.
Semua jenis kerupuk yang terbuat dari tepung terigu, mengandung MSG, boraks, dan formalin.
Semua jenis makanan yang mengandung pengawet (formalin, boraks) dan pewarna yang bukan untuk makanan atau zat kimia yang mengganggu kesehatan.
Minggu, 11 April 2010
Penanganan Autis
Penanganan yang jelas dan terarah sesuai dengan kebutuhan anak penting dalam menentukan perbaikan perkembangan anak-anak gangguan autistik. Oleh karena itu, jika anak ingin diterapi pilihlah tempat terapi yang baik dengan metode jelas dan melibatkan orangtua agar orangtua terlibat dalam melatih anaknya di rumah. Tidak semua anak memerlukan obat dari dokter.
Keterlibatan orangtua memang sangat menentukan. Seberat apapun kondisi anak, umumnya ia memiliki kemampuan yang menonjol di bidang tertentu. Dengan mengetahui kondisi dan kemampuan anaknya, orangtua dapat memilih kurikulum yang tepat bagi anak. Anak tidak harus belajar berbagai ilmu yang tidak disukainya.
Orangtua harus dapat melihat dan menerima kondisi anak, dan mengoptimalkan anak sesuai dengan kondisi yang dimilikinya.
Untuk mengetahui dan menangani anak yang diduga mengalami gangguan autis atau tidak, diperlukan:
Skrining
Bentuk skrining ada beberapa macam. Bentuknya berupa pertanyaan kepada orangtua anak. Skrining dapat dilakukan untuk semua anak. Jika hasil skrining menunjukkan adanya gangguan, sebaiknya orangtua mengadakan kunjungan ke dokter untuk melakukan assessment. Skrining digunakan untuk mengetahui apakah anak mengalami ganguan autis. Skrining dapat dilakukan mulai usia 11 bulan. Di bawah usia ini belum diketahui apakah bayi memiliki masalah dalam interaksi sosial atau tidak.
Assessment
Assessment seperti skrining yang lebih dalam lagi. Umumnya dilakukan beberapa kali dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepada orangtua, sementara anak dibawa untuk diobservasi. Para ahli akan melihat IQ anak, gangguan perilaku, interaksi, hiperaktif atau tidak, seberapa besar gangguan interaksinya, dan lain-lain. Assessment diperlukan untuk menentukan langkah selanjutnya yang haus dilakukan. Contoh: apakah anak membutuhkan terapi khusus, atau anak hanya perlu stimulasi yang dilakukan orangtuanya setiap hari.
Terapi
Terapi ini diberikan sesuai dengan keperluan anak. Ada anak yang membutuhkan terapi dengan obat-obatan, terapi sensorik (dengan berbagai latihan), terapi individual (terapi wicara), dan lainnya.
Autistik berat mungkin tidak dapat disembuhkan 100%. Namun jika diketahui secara dini, paling tidak gejalanya dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Keterlibatan orangtua memang sangat menentukan. Seberat apapun kondisi anak, umumnya ia memiliki kemampuan yang menonjol di bidang tertentu. Dengan mengetahui kondisi dan kemampuan anaknya, orangtua dapat memilih kurikulum yang tepat bagi anak. Anak tidak harus belajar berbagai ilmu yang tidak disukainya.
Orangtua harus dapat melihat dan menerima kondisi anak, dan mengoptimalkan anak sesuai dengan kondisi yang dimilikinya.
Untuk mengetahui dan menangani anak yang diduga mengalami gangguan autis atau tidak, diperlukan:
Skrining
Bentuk skrining ada beberapa macam. Bentuknya berupa pertanyaan kepada orangtua anak. Skrining dapat dilakukan untuk semua anak. Jika hasil skrining menunjukkan adanya gangguan, sebaiknya orangtua mengadakan kunjungan ke dokter untuk melakukan assessment. Skrining digunakan untuk mengetahui apakah anak mengalami ganguan autis. Skrining dapat dilakukan mulai usia 11 bulan. Di bawah usia ini belum diketahui apakah bayi memiliki masalah dalam interaksi sosial atau tidak.
Assessment
Assessment seperti skrining yang lebih dalam lagi. Umumnya dilakukan beberapa kali dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepada orangtua, sementara anak dibawa untuk diobservasi. Para ahli akan melihat IQ anak, gangguan perilaku, interaksi, hiperaktif atau tidak, seberapa besar gangguan interaksinya, dan lain-lain. Assessment diperlukan untuk menentukan langkah selanjutnya yang haus dilakukan. Contoh: apakah anak membutuhkan terapi khusus, atau anak hanya perlu stimulasi yang dilakukan orangtuanya setiap hari.
Terapi
Terapi ini diberikan sesuai dengan keperluan anak. Ada anak yang membutuhkan terapi dengan obat-obatan, terapi sensorik (dengan berbagai latihan), terapi individual (terapi wicara), dan lainnya.
Autistik berat mungkin tidak dapat disembuhkan 100%. Namun jika diketahui secara dini, paling tidak gejalanya dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Gangguan Perkembangan Pada Anak Autis
Deteksi dini autisme sudah dapat dilakukan sebelum si kecil berusia 3 tahun, karena pada umumnya gejala autisme sudah mulai terlihat jelas di usia 2 hingga 5 tahun. Tapi pada beberapa kasus, gejala baru terlihat di usia sekolah.
Gejala-gejala autisme mencakup beberapa gangguan perkembangan pada anak, yaitu :
1. Gangguan komunikasi, verbal dan non verbal
- Terlambat bicara atau tidak dapat bicara.
- Mengeluarkan kata - kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
- Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
- Bicara tidak digunakan untuk komunikasi.
- Meniru atau membeo, ada yang pandai meniru nyanyian, nada atau kata-kata yang tak ia mengerti artinya.
- Kadang bicara monoton seperti robot.
- Mimik muka datar.
- Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat.
2. Gangguan interaksi sosial
- Menolak atau menghindar untuk bertatap muka.
- Mengalami ketulian.
- Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk.
- Tidak berusaha untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.
- Bila didekati untuk bermain justru menjauh.
- Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain.
- Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun.
- Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orangtuanya.
3. Gangguan perilaku dan bermain
- Tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama selama berjam-jam.
- Bila sudah senang dengan satu mainan, tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh.
- Terpaku pada roda (memegang roda mobil-mobilan terus menerus untuk waktu lama) atau sesuatu yang berputar.
- Lekat dengan benda-benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana-mana.
- Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak.
- Sering melakukan perilaku ritualistik.
- Kadang terlihat hiperaktif, seperti tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat-lompat, berputar-putar, memukul benda berulang-ulang.
- Atau sangat diam dan tenang.
4. Gangguan perasaan dan emosi
- Tidak punya atau kurang berempati, misalnya tidak punya rasa kasihan. Bila ada anak yang menangis, ia tidak kasihan tapi malah merasa terganggu. Ia bisa saja mendatangi si anak dan memukulnya.
- Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
- Sering mengamuk tidak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif.
5. Gangguan persepsi sensoris
- Mencium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja.
- Bila mendengar suara keras langsung menutup mata.
- Tidak menyukai rabaan dan pelukan. bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan.
- Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu.
Gejala-gejala autisme mencakup beberapa gangguan perkembangan pada anak, yaitu :
1. Gangguan komunikasi, verbal dan non verbal
- Terlambat bicara atau tidak dapat bicara.
- Mengeluarkan kata - kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
- Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
- Bicara tidak digunakan untuk komunikasi.
- Meniru atau membeo, ada yang pandai meniru nyanyian, nada atau kata-kata yang tak ia mengerti artinya.
- Kadang bicara monoton seperti robot.
- Mimik muka datar.
- Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat.
2. Gangguan interaksi sosial
- Menolak atau menghindar untuk bertatap muka.
- Mengalami ketulian.
- Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk.
- Tidak berusaha untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.
- Bila didekati untuk bermain justru menjauh.
- Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain.
- Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun.
- Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orangtuanya.
3. Gangguan perilaku dan bermain
- Tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama selama berjam-jam.
- Bila sudah senang dengan satu mainan, tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh.
- Terpaku pada roda (memegang roda mobil-mobilan terus menerus untuk waktu lama) atau sesuatu yang berputar.
- Lekat dengan benda-benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana-mana.
- Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak.
- Sering melakukan perilaku ritualistik.
- Kadang terlihat hiperaktif, seperti tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat-lompat, berputar-putar, memukul benda berulang-ulang.
- Atau sangat diam dan tenang.
4. Gangguan perasaan dan emosi
- Tidak punya atau kurang berempati, misalnya tidak punya rasa kasihan. Bila ada anak yang menangis, ia tidak kasihan tapi malah merasa terganggu. Ia bisa saja mendatangi si anak dan memukulnya.
- Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
- Sering mengamuk tidak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif.
5. Gangguan persepsi sensoris
- Mencium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja.
- Bila mendengar suara keras langsung menutup mata.
- Tidak menyukai rabaan dan pelukan. bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan.
- Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu.
Mengenali Gejala Autis
Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak-anak, bisa berupa gangguan bicara dan bahasa, interaksi sosial, dan perilaku. Gejalanya tampak sebelum sikecil berusia 3 tahun/
- Tidak memiliki rasa tertarik kepada anak-anak lain.
- Tidak pernah menggunakan telunjuk untuk menunjuk rasa tertariknya pada sesuatu.
- Tidak pernah menatap mata Anda lebih dari 1-2 detik.
- Dia tak pernah meniru Anda yang sedang membuat raut wajah tertentu.
- Tidak memberikan reaksi bila namanya dipanggil.
- Bila anda menunjuk pada sebuah mainandisisi lain ruangan, dia tidak pernah melihat pada mainan tersebut.
- Tidak pernah bermain sandiwara boneka, entah itu pura-pura menyuapi boneka atau bicara ditelepon, dll
- Tidak memiliki rasa tertarik kepada anak-anak lain.
- Tidak pernah menggunakan telunjuk untuk menunjuk rasa tertariknya pada sesuatu.
- Tidak pernah menatap mata Anda lebih dari 1-2 detik.
- Dia tak pernah meniru Anda yang sedang membuat raut wajah tertentu.
- Tidak memberikan reaksi bila namanya dipanggil.
- Bila anda menunjuk pada sebuah mainandisisi lain ruangan, dia tidak pernah melihat pada mainan tersebut.
- Tidak pernah bermain sandiwara boneka, entah itu pura-pura menyuapi boneka atau bicara ditelepon, dll
Anak Autis 2
Memang berat & sangat sulit menangani anak penderita autis yg seperti kerasukan setan ini. Perlu beberapa hal yg perlu diketahui, dipahami & dilakukan, yaitu:
Anak autis tidak gila & tidak kerasukan setan. Penanganan harus dilakukan secara medis & teratur.
Penderita autis sebagian dapat sembuh dengan beberapa kondisi, yaitu: ditangani & terapi sejak dini; masih dalam spektrum ringan; mengeluarkan racun atau logam berat dalam tubuh penderita (detoxinasi).
Perlu pemahaman & pengetahuan tentang autis & ditunjang oleh kesabaran & rasa kasih sayang dalam keluarga penderita. Terutama bagi suami-istri karena banyak kasus anak autis menjadi penyebab hancurnya rumah tangga.
Dewasa ini penelitian yg berkesinambungan telah mencapai perkembangan yg luar biasa. Semakin besar harapan sembuh bagi penderita.
Terapi harus dilakukan terus menerus tidak terputus walau pun tingkat perkembangan perbaikan kondisi penderita dirasa tidak ada.
Diet harus terus dilakukan secara ketat, terus-menerus & sangat disiplin. Perbaikan kondisi penderita karena diet berlangsung sangat lambat, tetapi pelanggaran diet dapat menghancurkan semuanya dalam waktu yg sangat cepat.
Anak autis tidak gila & tidak kerasukan setan. Penanganan harus dilakukan secara medis & teratur.
Penderita autis sebagian dapat sembuh dengan beberapa kondisi, yaitu: ditangani & terapi sejak dini; masih dalam spektrum ringan; mengeluarkan racun atau logam berat dalam tubuh penderita (detoxinasi).
Perlu pemahaman & pengetahuan tentang autis & ditunjang oleh kesabaran & rasa kasih sayang dalam keluarga penderita. Terutama bagi suami-istri karena banyak kasus anak autis menjadi penyebab hancurnya rumah tangga.
Dewasa ini penelitian yg berkesinambungan telah mencapai perkembangan yg luar biasa. Semakin besar harapan sembuh bagi penderita.
Terapi harus dilakukan terus menerus tidak terputus walau pun tingkat perkembangan perbaikan kondisi penderita dirasa tidak ada.
Diet harus terus dilakukan secara ketat, terus-menerus & sangat disiplin. Perbaikan kondisi penderita karena diet berlangsung sangat lambat, tetapi pelanggaran diet dapat menghancurkan semuanya dalam waktu yg sangat cepat.
Anak Autis 1
Memiliki anak yg menderita autis memang berat. Anak penderita autis seperti seorang yg kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadang marah tak terkendali. Dia sendiri tdk mampu mengendalikan dirinya sendiri & memiliki gerakan2 aneh yg selalu diulang2. Selain itu dia punya ritual sendiri yg harus dilakukannya pada saat2 atau kondisi tertentu.
Penelitian yg intensive di dunia medis pun dilakukan oleh para ahli. Dimulai dari hipotesis sederhana sampai ke penelitian klinis lanjutan. Dan setelah banyak membaca & mengamati, saya sebagai orang awam yg sederhana ini dapat menarik kesimpulan sementara, yaitu:
Autis bukan karena keluarga (terutama ibu yg paling sering dituduh) yg tdk dapat mendidik penderita. Anak autis tidak memiliki minat bersosialisasi, dia seolah hidup didunianya sendiri. Dia tidak peduli dgn orang lain. Orang lain (biasanya ibunya) yg dekat dengannya hanya dianggap sebagai penyedia kebutuhan hidupnya. (Baca: Teory of Mind, yg ditulis oleh seorang autis).
Jarang sekali anak autis yg benar2 diakibatkan oleh faktor genetis. Alergi memang bisa saja diturunkan, tapi alergi turunan tidak berkembang menjadi autoimun seperti pada penderita autis.
Terjadi kegagalan pertumbuhan otak yg diakibatkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yg banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada makanan yg dikonsumsi ibu yg sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yg tinggi.
Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yg diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambungnya.
Terjadi autoimun pada tubuh penderita yg merugikan perkembangan tubuhnya sendiri karena zat2 yg bermanfaat justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri pembawa penyakit. Sedangkan autoimun adalah kekebalan yg dikembangkan oleh tubuh penderita sendiri yg justru kebal terhadap zat2 penting dalam tubuh & menghancurkannya.
Akhirnya tubuh penderita menjadi alergi terhadap banyak zat yg sebenarnya sangat diperlukan dalam perkembangan tubuhnya. Dan penderita harus diet ekstra ketat dengan pola makan yg dirotasi setiap minggu. Soalnya jika terlalu sering & lama makan sesuatu bisa menjadikan penderita alergi terhadap sesuatu itu.
Autis memiliki spektrum yg lebar. Dari yg autis ringan sampai yg terberat. Termasuk di dalamnya adalah hyper-active, attention disorder, dll.
Kebanyakan anak autis adalah laki-laki karena tidak adanya hormon estrogen yg dapat menetralisir autismenya. Sedang hormon testoteronnya justru memperparah keadaannya. Sedikit sekali penderitanya perempuan karena memiliki hormon estrogen yg dapat memperbaikinya.
Penelitian yg intensive di dunia medis pun dilakukan oleh para ahli. Dimulai dari hipotesis sederhana sampai ke penelitian klinis lanjutan. Dan setelah banyak membaca & mengamati, saya sebagai orang awam yg sederhana ini dapat menarik kesimpulan sementara, yaitu:
Autis bukan karena keluarga (terutama ibu yg paling sering dituduh) yg tdk dapat mendidik penderita. Anak autis tidak memiliki minat bersosialisasi, dia seolah hidup didunianya sendiri. Dia tidak peduli dgn orang lain. Orang lain (biasanya ibunya) yg dekat dengannya hanya dianggap sebagai penyedia kebutuhan hidupnya. (Baca: Teory of Mind, yg ditulis oleh seorang autis).
Jarang sekali anak autis yg benar2 diakibatkan oleh faktor genetis. Alergi memang bisa saja diturunkan, tapi alergi turunan tidak berkembang menjadi autoimun seperti pada penderita autis.
Terjadi kegagalan pertumbuhan otak yg diakibatkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yg banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada makanan yg dikonsumsi ibu yg sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yg tinggi.
Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yg diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambungnya.
Terjadi autoimun pada tubuh penderita yg merugikan perkembangan tubuhnya sendiri karena zat2 yg bermanfaat justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri pembawa penyakit. Sedangkan autoimun adalah kekebalan yg dikembangkan oleh tubuh penderita sendiri yg justru kebal terhadap zat2 penting dalam tubuh & menghancurkannya.
Akhirnya tubuh penderita menjadi alergi terhadap banyak zat yg sebenarnya sangat diperlukan dalam perkembangan tubuhnya. Dan penderita harus diet ekstra ketat dengan pola makan yg dirotasi setiap minggu. Soalnya jika terlalu sering & lama makan sesuatu bisa menjadikan penderita alergi terhadap sesuatu itu.
Autis memiliki spektrum yg lebar. Dari yg autis ringan sampai yg terberat. Termasuk di dalamnya adalah hyper-active, attention disorder, dll.
Kebanyakan anak autis adalah laki-laki karena tidak adanya hormon estrogen yg dapat menetralisir autismenya. Sedang hormon testoteronnya justru memperparah keadaannya. Sedikit sekali penderitanya perempuan karena memiliki hormon estrogen yg dapat memperbaikinya.
Mitos Tentang Autis
Mitos: Semua anak dengan autisme memiliki kesulitan belajar.
Fakta: Autisme memiliki manifestasi yang berbeda pada setiap orang. Simtom gangguan ini dapat bervariasi secara signifikan dan meski beberapa anak memiliki kesulitan belajar yang berat, beberapa anak lain dapat memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan mampu menyelesaikan materi pembelajaran yang sulit, seperti persoalan matematika. Contohnya, anak dengan sindrom Asperger biasanya berhasil di sekolah dan dapat menjadi mandiri ketika ia dewasa.
Mitos: Anak dengan autisme tidak pernah melakukan kontak mata.
Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu melakukan kontak mata. Kontak mata yang dilakukan mungkin lebih singkat durasinya atau berbeda dari anak normal, tetapi mereka mampu melihat orang lain, tersenyum dan mengekspresikan banyak komunikasi nonverbal lainnya.
Mitos: Anak dengan autisme sulit melakukan komunikasi secara verbal.
Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu mengembangkan kemampuan berbahasa yang fungsional. Mereka mengembangkan beberapa keterampilan berkomunikasi, seperti dengan menggunakan bahasa isyarat, gambar, komputer, atau peralatan elektronik lainnya.
Mitos: Anak dengan autisme tidak dapat menunjukkan afeksi.
Fakta: Salah satu mitos tentang autisme yang paling menyedihkan adalah miskonsepsi bahwa anak dengan autisme tidak dapat memberi dan menerima afeksi dan kasih sayang. Stimulasi sensoris diproses secara berbeda oleh beberapa anak dengan autisme, menyebabkan mereka memiliki kesulitan dalam menunjukkan afeksi dalam cara yang konvensional. Memberi dan menerima kasih sayang dari seorang anak dengan autisme akan membutuhkan penerimaan untuk menerima dan memberi kasih sayang sesuai dengan konsep dan cara anak.
Orang tua terkadang merasa sulit untuk berkomunikasi hingga anak mau mulai membangun hubungan yang lebih dalam. Keluarga dan teman mungkin tidak memahami kecenderungan anak untuk sendiri, tetapi dapat belajar untuk menghargai dan menghormati kapasitas anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme lebih senang sendirian dan menutup diri serta tidak peduli dengan orang lain.
Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme pada dasarnya ingin berinteraksi secara sosial tetapi kurang mampu mengembangkan keterampilan interaksi sosial yang efektif. Mereka sering kali sangat peduli tetapi kurang mampu untuk menunjukkan tingkah laku sosial dan berempati secara spontan.
Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme tidak dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi.
Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi jika mereka menerima pelatihan yang dikhususkan untuk mereka. Keterampilan bersosialisasi pada anak dan orang dewasa dengan autisme tidak berkembang dengan sendirinya karena pengalaman hidup sehari-hari.
Mitos: Autisme hanya sebuah fase kehidupan, anak-anak akan melaluinya.
Fakta: Anak dengan autisme tidak dapat sembuh. Meski demikian, banyak anak dengan simtom autisme yang ringan, seperti sindrom Asperger, dapat hidup mandiri dengan dukungan dan pendidikan yang tepat. Anak-anak lain dengan simtom yang lebih berat akan selalu membutuhkan bantuan dan dukungan, serta tidak dapat hidup mandiri sepenuhnya.
Hal itu menyebabkan kekhawatiran bagi sebagian orang tua, terutama ketika mereka menyadari bahwa mereka mungkin tidak dapat mendampingi anak memasuki masa dewasanya. Oleh karena itu, anak dengan autisme membutuhkan bantuan.
Untuk itu, diperlukan suatu diagnosis yang tepat dan benar untuk seorang anak dikatakan sebagai autisme. Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat, anak tersebut dapat melakukan suatu terapi. Anak dengan autisme dapat dibantu dengan memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah dengan terapi okupasi.
Oleh: (Dedy Suhaeri/"PR"/Winny Soenaryo, M.A., O.T.R./L. Pediatric Occupational Therapist)***
Fakta: Autisme memiliki manifestasi yang berbeda pada setiap orang. Simtom gangguan ini dapat bervariasi secara signifikan dan meski beberapa anak memiliki kesulitan belajar yang berat, beberapa anak lain dapat memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan mampu menyelesaikan materi pembelajaran yang sulit, seperti persoalan matematika. Contohnya, anak dengan sindrom Asperger biasanya berhasil di sekolah dan dapat menjadi mandiri ketika ia dewasa.
Mitos: Anak dengan autisme tidak pernah melakukan kontak mata.
Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu melakukan kontak mata. Kontak mata yang dilakukan mungkin lebih singkat durasinya atau berbeda dari anak normal, tetapi mereka mampu melihat orang lain, tersenyum dan mengekspresikan banyak komunikasi nonverbal lainnya.
Mitos: Anak dengan autisme sulit melakukan komunikasi secara verbal.
Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu mengembangkan kemampuan berbahasa yang fungsional. Mereka mengembangkan beberapa keterampilan berkomunikasi, seperti dengan menggunakan bahasa isyarat, gambar, komputer, atau peralatan elektronik lainnya.
Mitos: Anak dengan autisme tidak dapat menunjukkan afeksi.
Fakta: Salah satu mitos tentang autisme yang paling menyedihkan adalah miskonsepsi bahwa anak dengan autisme tidak dapat memberi dan menerima afeksi dan kasih sayang. Stimulasi sensoris diproses secara berbeda oleh beberapa anak dengan autisme, menyebabkan mereka memiliki kesulitan dalam menunjukkan afeksi dalam cara yang konvensional. Memberi dan menerima kasih sayang dari seorang anak dengan autisme akan membutuhkan penerimaan untuk menerima dan memberi kasih sayang sesuai dengan konsep dan cara anak.
Orang tua terkadang merasa sulit untuk berkomunikasi hingga anak mau mulai membangun hubungan yang lebih dalam. Keluarga dan teman mungkin tidak memahami kecenderungan anak untuk sendiri, tetapi dapat belajar untuk menghargai dan menghormati kapasitas anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme lebih senang sendirian dan menutup diri serta tidak peduli dengan orang lain.
Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme pada dasarnya ingin berinteraksi secara sosial tetapi kurang mampu mengembangkan keterampilan interaksi sosial yang efektif. Mereka sering kali sangat peduli tetapi kurang mampu untuk menunjukkan tingkah laku sosial dan berempati secara spontan.
Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme tidak dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi.
Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi jika mereka menerima pelatihan yang dikhususkan untuk mereka. Keterampilan bersosialisasi pada anak dan orang dewasa dengan autisme tidak berkembang dengan sendirinya karena pengalaman hidup sehari-hari.
Mitos: Autisme hanya sebuah fase kehidupan, anak-anak akan melaluinya.
Fakta: Anak dengan autisme tidak dapat sembuh. Meski demikian, banyak anak dengan simtom autisme yang ringan, seperti sindrom Asperger, dapat hidup mandiri dengan dukungan dan pendidikan yang tepat. Anak-anak lain dengan simtom yang lebih berat akan selalu membutuhkan bantuan dan dukungan, serta tidak dapat hidup mandiri sepenuhnya.
Hal itu menyebabkan kekhawatiran bagi sebagian orang tua, terutama ketika mereka menyadari bahwa mereka mungkin tidak dapat mendampingi anak memasuki masa dewasanya. Oleh karena itu, anak dengan autisme membutuhkan bantuan.
Untuk itu, diperlukan suatu diagnosis yang tepat dan benar untuk seorang anak dikatakan sebagai autisme. Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat, anak tersebut dapat melakukan suatu terapi. Anak dengan autisme dapat dibantu dengan memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah dengan terapi okupasi.
Oleh: (Dedy Suhaeri/"PR"/Winny Soenaryo, M.A., O.T.R./L. Pediatric Occupational Therapist)***
Langganan:
Postingan (Atom)