Siapa yang tidak mengenal tokoh ini? Bersama Soekarno, beliau dikenal sebagai Founding Fathers Indonesia. Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Dikota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Hatta lalu masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond (1916).
Pada 1912, Hatta tiba di Belanda untuk belajar pada Handels School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini kemudian berganti nama meenjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan ini kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta lulus dalam uijian Handels economic (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Semula dia bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925. Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu dibuka jurusan baru, yaitu hukum Negara dan hukum administrative. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik.
Selama masa penduduka Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidato yang di ucapkan di Lapangan Ikada pada tanggal 8 Desember 1942 menggemparkan banyak kalangan. Ia mengatakan, “Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali”.
Tanggal 17 Agustus 1945, Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Tanggal 18 Agustus 1945, Ir. Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus merupakkan satu dwitunggal.
Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana. Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konstituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya itu untuk mengundurkan diri diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua parlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat itu dikirimkan kepada Presisen Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal 1 Desember1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden Soekarno mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya.
Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal 18 November 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putrid, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi`ah, dan Halida Nuriah. Pada tanggal 15 Agustuus 1572, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugrah Negara berupa Tanda Kehormatan Tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara. Beliau wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr. Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan di kebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.
Rabu, 09 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar